~~**Busana D'Qaseh**~~
★ ✰ ★ ✰ COUNTDOWN TO RAMADAN ✰ ★ ✰ ★
✰ ★ ✰ 15 DAYS TO FASTING SEASON ✰ ★ ✰
Tak terasa Ramadhan sudah berada di ambang pintu. Bulan yang dinyatakan Rasulullah SAW sebagai Sayyidus Shuhuur (penghulu segala bulan) itu segera tiba mengunjungi kita kembali.. Ia akan hadir di tengah-tengah kita dengan membawa segala keberkatan, rahmat dan ampunan Ramadhan adalah momentum istimewa penyucian dosa, saat terindah untuk bertaqarrub kepada-Nya, serta waktu mulia bagi peningkatan kekuatan iman hamba. Amat rugilah siapapun yang menyia-nyiakan kesempatan emas itu.Beberapa kali kita bercengkraman dengan bulan dambaan insani beriman itu, sejak memasuki usia mukallaf ? Berapa kali pula kita meraih prestasi ibadah di saat berlangsung cabaran iman dan amal ihsan itu ? Selayaknya kita melakukanmuhasabah diri, agar ke hadapan kuantiti dan kualiti iman serta amal soleh kita bertambah.
Rasanya tidak berlebihan, bahkan wajib kita melakukan hal tersebut, sebab Rasulullah SAW manusia paling mulia, dan contoh tauladan kita, yang telah mendapatkan jaminan dari Allah SWT masuk syurga di level “VIP” senantiasa menyambut kedatangannya. Bahkan, ketika memasuki bulan yang dimuliakan Allah SWT itu, beliau menyatakan berita gembira kepada para sahabatnya.
Dikatakannya, “Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan penuh keberkatan. Allah memfardukan atas kamu berpuasa. Di dalamnya dibuka segala buka pintu syurga dan kunci neraka, serta dibelenggu seluruh syaitan, Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa tidak diberikan kebaikan malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan” (HR. Ahmad dari Abu Hurairah)
Bagaimana dengan kita yang mengaku iman kepada Allah dan Rasul-Nya, sudahkan kita persiapkan jiwa raga untuk menyambut kedatangan “tamu agung” itu, atau kah kita tetap seperti ketika “menjamu” Ramadhan-ramdhan lalu, menganggap bulan yang hadir sekali dalam setahun itu tiada beza dengan bulan-bulan atau waktu-waktu lainnya, tanpa perubahan sikap dan perilaku saat memasukinya?
Dalam hal ini kita memerlukan bimbingan rohani agar dapat mempersiapkan diri dengan baik, sebelum memasuki buala yang mulia ini, sesuai yang disyariatkan Nabi kita Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana kita maklum bagi umat Nabi Muhammad SAW, Ramadhan adalah bulan istimewa, dan Allah SWT menjadikan bulan itu sebagai bulan keberuntungan bagi umat utusan tercinta-Nya tersebut. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW “Siapa yang beribadah kepada Allah di bulan Ramadhan dengan yang sunnah, maka dia wajib di luar bulan Ramadhan. Demikian juga, siapa yang menunaikan Ibadah wajib di bulan Ramadhan, samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardlu di bulan yang lain.
Belum pahala puasa dan qiyamullail-nya (solat malam) yang dinyatakan Nabi SAW akan menghapus dosa-dosa pelakunya. Pernyataan Rasulullah SAW itu menyebutkan, “Siapa yang berpuasa dan qiyamul lail di bulan Ramadhan, semata-mata didasari iman dan percaya dengan pahala yang dijanjikan Allah SWT baginya, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah ia perbuat”.
Banyak sekali keutaman Ramadhan namun kita juga harus memahami, sebagaimana Allah Ta'ala di bulan Ramadhan menyediakan pahala besar bagi yang taat beribadah, tentunya Zat Yang Maha Agung itu juga mempersiapkan siksa pedih bagi orang tidak menghargai bulan yang diistimewakan itu, dengan melakukan perbuatan maksiat. Malah akan melipat gandakan dosanya.
Kalau kita sudah mengetahui keistimewaan Ramadhan, tentu kita harus memiliki semangat tinggi utnuk menjalani perintah-perintah, bahkan meningkatkan amal ibadah, dan mejauhi keharaman di dalamnya.
Kerananya, menjelang memasuki saat-saat istimewa itu segara kita dengan niat yang soleh dan ikhlas. Itu amat penting, agar kita benar-benar mendapat fadlilat Ramadhan. Sehingga, ketika berada di luar Ramadhan kita menjadi amnesia yang fitri.
Jika dikaitkan dengan Rajab dan Sya`ban, adakah hubungan keduanya dengan persiapan memasuki Ramadhan ?
Rajab dan Sya`ban juga merupakan bulan mulia, sesuai hadits Rasulullah SAW yang menyatakan, “Rajab bulan Allah, Sya`ban bulanku dan Ramadhan bulan umatku”.
Makna hadits tersebut adalah pada bulan Rajab kita diperintahkan untuk memperbanyak istighfar (permohonan ampunan dosa) kepada Allah SWT, kemudian di bulan Sya`ban dianjurkan meningkatkan bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, memasuki Ramadhan kita diperintakan meningkatkan ibadah, terutama qiro`atul Qur`an (membaca Al-Qur`an).
Jika dihubungkan dengan persiapan memasuki Ramadhan, jelas Rajab dan Sya`ban itu sebagai bulan warming up (pemanasan). Ibarat kita akan berolahraga harus melakukan pemanasan atau berlatih dahulu, agar tidak salah melakukannya, juga organ tubuh kita tidak terkejut. Cuba jika tanpa pemanasan langsung berolahraga, tidak mustahil badan kita akan sakit.
Juga solat fardlu, sebelum melakukannya kita dianjurkan solat sunnah qobliyah. Itu melatih jiwa raga kita agar siap melakukan ibadah wajib itu dengsn baik. Seusai solat fardlu pun disunnahkan solat sunnah bad`iyah, tujuan untuk menyempurnakan kekurangan solat wajib yang kita lakukan.
Demikian pula dengan kedua bulan sebelum Ramadhan itu. Di bulan Rajab kita sudah banyak beristighfar kepada Allah. Kemudian, saat memasuki Sya`ban kita banyak bershalawat dan memuji Nabi Muhammad SAW. Ditambah lagi. Pada malam Nisfu Sya`ban kita tingkatkan permohonan ampunan dan do`a kepada-Nya, maka batin kita itu akan membantu sekali saat memasuki Ramdhan.
Apalagi kalau di kedua bulan itu kita berpuasa sunnah, maka kebiasaan beribadah itu akan terbawa hingga memasuki bulan suci. Jika demikian, Insya Allah kita tidak akan malas beribadah di bulan Ramadhan, semuanya kan terasa ringan, dan kita dapat melakukannya lebih baik, dibandingkan jika tidak melakukan persiapan apa pun sebelumnya. Ya, itu salah satu upaya meraih prestasi ibadah di bulan milik kita ini.
Setelah Ramadhan, kita dianjurkan berpuasa Syawal. Sebagai mana solat fardlu, maka puasa sunnah di bulan Syawal pun akan menyempurnakan kekurangan ibadah shoum di bulan Ramadhan. Hal ini selaras sekali jika dihubungkan dengan firman Allah yang menyatakan penciptaan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-nya. Itu sebabnya, allah menciptakan dua bulan yang mengapit Ramadhan untuk dimanfaatkan melakukan kegiatan ibadah.
Persoalan, di bulan ramadhan Allah SWT membuka semua pintu surga, dan menutup pintu-pintu neraka. Tapi, mengapa masih ada kencenderungan terjadi perbuatan yang mengarah ke neraka ?
Rasulullah SAW bersabda, “Sejak memasuki malam pertama bulan Ramadhan Allah SWT membuka lebar-lebar pintu surga, mengunci rapat-rapat pintu neraka dan membelenggu syaitan-syaitan”.
Maksud hadis itu, orang yang khusyu' beribadah di bulan Ramadhan akan memiliki kesempatan sangat luas masuk surga, dan tidak bakal masuk surga. Kalau ada orang tidak masuk surga, padahal Allah SWT telah memberi kesempatan begitu luas, membuka pintu surga lebar-lebar, bererti dia sudah keterlaluan. Mungkin dipastikan dia tidak memperdulikan kehadiran Ramadhan. Begitu juga, jika masih ada orang yang mungkin masuk neraka, padahal Allah SWT telah menutup rapat, berarti dia sendiri yang memaksa masuk neraka. Mesti Umat Rasulillah Muhammad SAW kesulitan memasuki pintu tempat penyiksaan abadi di hari kiamat itu.
Bagaimana tidak, begitu besar ampunan Allah SWT yang diberikan kepada umat Rasul paling dicintai-Nya itu jika serius menjalankan ibadah Ramadhan. Andai masih ada yang masuk neraka, maka ianya salah sendiri. Bererti orang itu tidak bersungguh-sungguh memasuki Ramadhan, bahkan berani menentang Allah SWT denga bermaksiat di bulan suci itu.
Sebagian ulama` menyatakan, bahwa syaitan-syaitan yang di belenggu itu adalah syaitan-syaitan besar.. Sementara yang syaitan kecil-kecilan berkeliaran. Nah, jika masih ada orang yang bermaksiat di bulan Ramadhan, berarti dia sudah kalah dengan syaitan- syaitan kecil. Bererti juga dia benar-benar sudah terpedaya oleh tipu daya syaitan-syaitan awam, belum pakar-pakar syaitan.Boleh dibayangkan bagaimana jika dia berada di luar Ramadhan.
Ada juga yang mengatakan, di bulan Ramadhan seluruh syaitan dibelenggu. Cuma bekas-bekas syaitan yang sudah lama merasuki hati manusia tidak mudah hilang atau terhapus begitu saja. Sehingga, meski memasuki bulan istimewa itu yang bersangkutan masih juga berbuat maksiat.
Ibarat orang sakit keracunan, tidak dapat dia langsung sembuh sepenuhnya, meski penyakitnya sudah diambil. Sebab, racunnya tidak bakal langsung hilang sama sekali, pasti sisa-sisanya masih ada. Bahkan, masih boleh menyebar dan mempengaruhi organ tubuh lainnya. Untuk mengatasinya diperlukan pengubatan selanjutannya yang lebih serius.
Demikian pula orang terkena api, apinya sudah tiada, tapi rasa panasnya masih melekat. Jadi, orang yang berbuat maksiat di bulan Ramadhan bererti masih memiliki sisa-sisa racun atau panas syaitan yang menempel di hatinya selama di bulan Ramadhan.
Persoalannya, adakah bererti orang yang telah menjalani ibadah Ramadhan tidak ada jaminan menjadi soleh?
Sebaiknya orang yang sudah “digembleng” atau terlatih secara benar selama sebulan penuh dalam Ramadhan, Insya Allah dia akan memiliki suatu kekuatan yang mampu membentengi dirinya dari pengaruh negatif dan gangguan syaitan, sehingga tidak mudah bermaksiat. Itu bererti orang tersebtu menjadi soleh.
Jadi dalam hal ini bergantung siapa yng melakukan ibadah Ramadhan itu. Kalau dia gigih melakukannya disertai niat yang ikhlas, Insya Allah soleh itu akan di capai. Sebaliknya, kalau memasuki Ramadhan bermalas-malasan beribadah, malah mengisi saat- saat istimewa itu dengan perubatan dosa, ya jangan harap menjadi orang soleh.
Itu sebabnya, marilah kita memasuki bulan suci dan mulia itu dengan niat ikhlas serius beribadah, berupaya keras memperbanyak amal soleh, dan meninggalkan maksiat. Insya Allah kita menjadi orang yang sukses memasuki Ramadhan. Mudah-mudahan Allah SWT merahmati kita sehingga mampu meraih kemenangan di bulan istimewa itu, Amin !
~~**Busana D'Qaseh**~~
"Opposite Kluang Mall.."
Also Visit Us At
http://www.facebook.com/album.php?aid=131478&id=200942311324&l=e9828352f3
"Opposite Kluang Mall.."
Also Visit Us At
http://www.facebook.com/album.php?aid=131478&id=200942311324&l=e9828352f3
CALL US 012-7926297 untuk sebarang penjelasan lanjut.